Aling Nur Naluri Widianti

Tak Ada Rotan, Koran Pun Jadi

DIKENAL sebagai pendiri Salam Rancag, Aling Nur Naluri Widianti, adalah seorang perempuan yang menginspirasi.

Aling Nur Naluri Widianti, lahir di Bogor pada 2 Februari 1982, telah menunjukkan dedikasi dan inovasinya dalam mengubah limbah menjadi barang bernilai tinggi, sambil memberdayakan masyarakat sekitar.

Melalui Salam Rancage, Aling menciptakan kerajinan tangan dari limbah koran yang menghiasi dekorasi rumah hingga menjadi suvenir.

Keunikan Salam Rancage tidak hanya terletak pada produknya yang kreatif, tetapi juga pada para perajinnya yang sebagian besar adalah para ibu yang juga peduli terhadap lingkungan.

Ide untuk mendirikan Salam Rancage muncul pada tahun 2012, saat Sekolah Alam Bogor merayakan satu dekade keberadaannya.

Aling, bersama dengan Tri Dewi Permana, ingin memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sekitar. Awalnya, mereka mencoba memperluas bank sampah yang sudah ada, tetapi gagal.

Akhirnya, mereka mengubah pendekatan mereka dengan mendaur ulang limbah koran menjadi produk bernilai jual tinggi.

Dengan riset selama 8 bulan, Aling dan tim berhasil menghasilkan kerajinan tangan dari koran bekas. Mereka kemudian merekrut perajin, terutama para ibu rumah tangga dan wanita yang bekerja di sektor informal, karena mayoritas masyarakat di sekitar sekolah didominasi oleh mereka.

Saat ini, Salam Rancage memiliki 97 perajin yang tergabung dalam beberapa komunitas di Bogor dan Jakarta.

Nama "Salam Rancage" sendiri memiliki arti tersendiri. "Salam" merupakan singkatan dari sekolah alam, sedangkan "Rancage" berarti terampil dalam bahasa Sunda.

Gabungan kedua kata tersebut menggambarkan visi Salam Rancage sebagai sekolah alam yang menghasilkan karya-karya terampil dari limbah koran.

Produk-produk Salam Rancage telah mendapatkan perhatian baik dari perusahaan besar dalam negeri maupun pasar mancanegara.

Salah satu keunggulan dari Salam Rancage adalah model bisnisnya yang memperhatikan pemberdayaan masyarakat, khususnya para ibu rumah tangga dan ibu berusia lanjut.

Mereka dilatih secara rutin untuk membuat produk dari koran bekas, yang kemudian dijual dengan harga yang menguntungkan.

Dengan moto "Tak Ada Rotan, Koran Pun Jadi", Salam Rancage telah menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam memanfaatkan limbah koran secara kreatif.

Visi Aling dan Tim Salam Rancage untuk membangun "kampung koran" di berbagai kelurahan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat berkelanjutan semakin mendapatkan dukungan, termasuk dari pihak Kompas Gramedia.

Istri dari Agus Gusnul Yakin dan ibu dari Muhammad Adzka Mutafannin dan Ilma Nurul Fathia ini, menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di SMP Negeri 1 Cibadak pada tahun 1997, dan SMU Negeri 1 Cibadak pada tahun 2000.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Aling melanjutkan pendidikan tinggi di Departemen Matematika FMIPA IPB University dan meraih gelar sarjana pada 2005.

Ia memulai perannya sebagai relawan di Yayasan Progres Insani dari tahun 2000 hingga 2005. Selanjutnya, ia mendirikan dan mengelola Sekolah Anak Jalanan Pelita Insani dari tahun 2001 hingga 2004.

Kemudian, pada tahun 2012, Aling mendirikan dan menjadi direktur CV "Salam Rancage", sebuah usaha yang menghasilkan kerajinan tangan dari limbah koran sekaligus memberdayakan ibu-ibu di sekitar Bogor.*

Tinggalkan Komentar