Benteng Pertahanan Pangan Indonesia
MESKI sejumlah prediksi meramalkan Indonesia, sebagaimana juga banyak negara di dunia ini, akan terseret masuk dalam jurang resesi akibat pendemi Covid-19, sektor pertanian justru menjadi penyumbang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020.
PDB pertanian tumbuh 16,24% (qtq) atau paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Bahkan, secara yoy sektor pertanian tetap berkontribusi positif dengan pertumbuhan 2,19%.
Ketangguhan sektor pertanian dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional, juga tak lepas dari usaha Kementan dalam menjalankan lima strategi pembangunan pertanian yang juga diarahkan untuk menjaga ketahanan pangan.
Strategi itu adalah peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern dan Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) yaitu meningkatkan ekspor pertanian dengan cara meningkatkan volume ekspor, menambah variasi komoditas yang diekspor, dan mengembangkan eksportir baru serta mitra dagang luar negeri untuk memperluas pasar ekspor pertanian.
Karena itulah, Suwandi juga turun tangan langsung mengatur strategi. Salah satunya adalah swasembada jagung yang hingga 2024 mencapai sasaran produksi mencapai hingga 30,71 juta ton.
“Pada akhir pemerintahan periode kedua Presiden Joko Widodo di 2024 Indonesia sudah swasembada jagung pada titik produksi 30,71 juta ton itu. Angka sasaran produksi tersebut telah dikonversi pada rendemen atau kadar air 15 persen yang sudah standar industri,” Suwandi menegaskan.
Suwandi pun memaparkan beberapa tahapan strategi untuk mencapainya, antara lain dengan peningkatan produksi, yaitu meningkatkan indeks pertanaman (IP) hingga tiga kali, perluasan areal tanam, intensifikasi mekanisasi, penerapan benih varietas unggul dan mendorong sarana pruduksi.
Suwandi pun menyusun strategi berikutnya untuk mencapai swasembada jagung melalui pembenahan distribusi dan pemasaran, ia memaparkan perbaikan konektivitas daerah produksi dan daerah pemasaran yang menjadi bagian tulang punggung kelancaran distribusi.
Bahkan ia pun membedah sistem transportasi dan memperhitungkan penyediaan stok produksi nasional dan jaminan harga.
Begitulah totalitas Suwandi dalam tugasnya sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI.
"Tanaman pangan merupakan komoditas pokok yang ketersediaannya sangat dibutuhkan masyarakat. Kebutuhan yang tinggi membutuhkan partisipasi petani untuk meningkatkan hasil produksi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri," jelasnya.
Dr.Suwandi, lahir pada 23 Maret 1967 di Bantul, adalah sosok yang berperan penting mendorong produksi tanaman pangan dalam pengembangan pertanian di Indonesia.
Ia memulai perjalanannya dari bawah sejak Maret 1992 sebagai Staf Subid Pelayanan Teknik Pusdata, di mana ia terlibat dalam penyediaan layanan teknis terkait data di Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Setelah itu, Suwandi terus konsisten menjadi Staf Subag Wilayah II di Biro Perencanaan pada Agustus 1993 hingga 2003.
Dengan dedikasi dan kinerja yang konsisten itu, Suwandi mendapatkan promosi lebih lanjut pada Januari 2003, bertahap sebagai Kasubag Perencanaan Anggaran Pembangunan 2 di Biro Perencanaan dan Keuangan.
Pada November 2005, Suwandi menjabat sebagai Kasubag Analisis Anggaran yang bertanggung jawab atas analisis anggaran dan evaluasi kinerja program-program pertanian.
Kemudian, ia dipercaya sebagai Kabag Evaluasi dan Pelaporan di Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal 2009.
Pada tahun 2011, Suwandi menjadi Kabag Penyusunan Kebijakan & Program, memainkan peran kunci dalam merumuskan kebijakan dan program-program strategis dalam bidang pertanian.
Konsistensi dan ketekunannya dalam bekerja membuat ia dipercaya sebagai Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (PUSDATIN) Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada 2015 hingga 2016.
Ia kemudian beralih ke Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan diangkat sebagai Direktur Jenderal Hortikultura pada tahun 2018.
Kini Suwandi menjadi Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI sejak dilantik pada 2019 dan pernah menjadi Plt. Direktur Jenderal Perkebunan.
Berkat dedikasi dan konsistensinya memperjuangkan pertanian di Indonesia, Suwandi memperoleh Piagam Satya Lencana Karya Sapta dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2012.
Menikah tahun 1992, Suwandi memiliki 2 putra dan 1 putri dari isterinya, Heni Aswiatin.
Dr. Suwandi memulai pendidikan formalnya di SD Negeri Salakan III di Bantul dan lulus pada tahun 1980. Kemudian, melanjutkan ke jenjang SLTP di SMP Negeri Baturetno di Bantul dan lulus pada tahun 1983.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Dr. Suwandi memasuki SMA Piri II dengan jurusan IPA di Yogyakarta dan menamatkan pendidikan pada tahun 1986.
Keinginan untuk lebih memperdalam ilmu pertanian membawanya melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi favortitnya, IPB University.
Pada tahun 1991, Dr. Suwandi berhasil meraih gelar sarjana dari IPB University, mengambil jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Dia terus mengejar pendidikan lebih lanjut dan mendapatkan gelar magister dari Universitas Indonesia dalam bidang Perencanaan dan Kebijakan Publik pada tahun 2000.
Suwandi kemudian melanjutkan studi doktoralnya di IPB University, menekuni program studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Pada tahun 2005, dia berhasil menyelesaikan program doktoralnya di IPB University. *