Fokus Budidaya Telur Puyuh, Berdayakan Masyarakat
Ketua Umum Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (APPI) Alumni IPB Angkatan : 27 (1990) Jurusan/Fakultas : FAPET-S1
Puyuh merupakan mutiara terpendam khas Indonesia. Itulah ungkapan yang diibaratkan Slamet Wuryadi, seorang wirausahawan asal Jepara, Jawa Tengah.
Slamet adalah alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan 27. Sejak tahun 2002, Slamet menjalankan usaha peternakan telur puyuh. Tidak hanya itu, Slamet ikut mengembangkan agribisnis terpadu, hortikultura serta perikanan.
Slamet memaparkan, usaha puyuh memiliki andil sebagai pendukung kebutuhan pangan hewani nasional. Menurut Slamet, Indonesia harus jadi negara yang merdeka, mandiri pangannya, berdaulat dan berketahanan.
â€Bagaimana caranya? Kita harus istiqamah di dunia pangan,†tutur Slamet yang bergelar akademik Magister agroteknologi dari IPB ketika dijumpai alumniipb.org di pondok wirausahanya, di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (20/7).
Ketua Umum Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (APPI) ini mengungkapkan, banyak peluang untuk para peternak puyuh di tanah air. Terbukanya peluang tersebut karena sejak tahun 1979 sudah tidak ada impor puyuh ke Indonesia.
Dedikasi Slamet terhadap usaha telur puyuh selama ini telah mendapatkan hak paten sebagai pelestari plasma nutfah puyuh lokal (strain Coturnix Japonica) yang sudah disepakati sebagai unggas lokal milik Indonesia. Selain itu penghargaan membanggakan juga diperolehnya dari pemerintah sebagai Pelopor Ketahanan Pangan Nasional yaitu Adhikarya Pangan Nusantara.
Menurut Slamet, usaha telur puyuh memiliki keunggulan, pertama, belum pernah dijual di bawah modal. Lalu kedua, masih banyak peluang pasar karena permintaannya masih lebih dari stok tersedia. Ketiga, produknya selalu dibayar tunai. Selanjutnya yang keempat, diberdayakan oleh petani peternak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan kelima, kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan bisa diolah menjadi biogas.
Slamet mengungkapkan, ada lima kiat sukses yang menjadi prinsip dalam usahanya yakni, laku, untung, jujur, berpihak pada konsumen serta dapat pesan ulang.
Slamet melakoni juga pemberdayaan masyarakat dengan membina 440 perempuan kepala rumah tangga, 13.300 guru madrasah dan 160 ibu-ibu purna TKI. Slamet telah memiliki pesantren yang dibiayai dari hasil usahanya.
Selain itu, banyak masyarakat dari luar daerah yang belajar secara gratis di pondok wirausaha milik Slamet untuk mengembangkan di daerahnya masing-masing.
Penerima penghargaan instruktur termuda ini mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan selama ini merupakan bagian dari sedekah amal dan ilmu agar tumbuh pelaku wirausaha baru demi meningkatkan taraf hidup masyarakat. “Ini bukti Tri Dharma perguruan tinggi saya, sebagai bukti pengabdian saya pada masyarakat,†kata Slamet.