Audy Joinaldy

Pernah Gagal Berkali-kali, Bangun Pabrik Pakan Beromzet Ratusan Miliar

Audy Joinaldy

Audy merupakan pengusaha muda yang mengembangkan sayapnya di wilayah timur Indonesia seperti Papua dan Makassar, namun sejatinya ia adalah pemuda berdarah Minang. Dia adalah lulusan IPB University Angkatan 2001 jurusan peternakan.

Keahliannya tak hanya di bidang pertanian tapi juga pertambangan, manajemen bisnis, bahkan saat ini ia merupakan Chairman of Perkasa dan Lintas Argo Grup.

Tak hanya itu, Audy semenjak 2013 memimpin perusahaan lainnya, seperti komisaris utama di PT Sinar Terang Madani, komisaris utama di PT Mega Satwa Perkasa, direktur utama PT Lintas Argo Niaga, Direktur keuangan PT Berau Usaha Mandiri, komisaris utama PT AA Perkasa Bersaudara dan di tahun 2016 ia didapuk sebagai komisaris PT Benindo Perkasa Utama.

Semua itu tak diraihnya dengan cara yang sederhana. Pria kelahiran Jakarta itu menempuh berbagai macam pendidikan.

Audy merupakan lulusan S1 IPB dengan jurusan peternakan. Setelah itu melanjutkan studinya ke Wagenigen University Belanda dengan jurusan food quality Manajemen / Animal Nutrition.

Tak selesai di situ, ia kembali mengenyam pendidikan di universitas Hasanuddin di Makassar memperoleh gelar Magister Manajemen (M.M). Audy juga memperoleh gelar Ir/IPM setelah menyelesaikan pendidikan insinyur profesional di fakultas peternakan universitas Gajah Mada.

Tak tanggung-tanggung,gelar Asean.Eng pun disematkan dinamanya setelah menyelesaikan pendidikan di Asean Federation Organization tahun 2019 lalu. Saat ini Audy menyelesaikan program doktornya di IPB dengan jurusan sekolah bisnis. Hingga nama lengkapnya dihiasi gelar yang diraihnya menjadi  Dr.Ir Audy Joinaldy, S.PT, M.Sc, M.M, IPM,ASEAN.Eng

Kesukses Audy tak semudah membalikkan telapak tangan, namun mengikuti porses dan terjun langsung dalam usaha yang digelutinya.

Artinya Audy merintis usaha dari nol, sehingga akhirnya berhasil

Dirikan Pabrik Pakan Ternak 

Audy mengatakan jika orangtuanya berharap bila ia bisa membangun perusahaan pakan ternak seperti tempat ia bekerja. Ia berpikir bangun sebesar ini bukan masalah uang. Menurutnya uang bisa dicari. “Usaha itu masalah kesempatan, masalah keberanian,” tegasnya. Ternyata benar, dengan mengandalkan koneksi dan jaringan yang telah dimilikinya, Audy mampu mendirikan perusahaan pakan PT Sinar Terang Madani di  Barru, Sulawesi Selatan pada 2011.

“Modal sekitar Rp 4 miliar patungan berempat. Kita anggap rezeki dari Allah, kita juga nggak nyangka perputaran modal dan bisnis kita sangat cepat,” ujarnya.

Bersama keempat Mitranya, Audy tak khawatir terkait produksi, nutrisi pakan, permodalan. Namun yang dikhawatirkan adalah ke mana pakan tersebut akan dijual?. Maklum sebagai follower di industri perunggasan PT STM harus menghadapi pabrikan pakan ternama yang telah lebih dulu establish di Sulawesi seperti Cargill, Malindo, Patriot, Japfa Comfeed hingga Charoen Phokphand.

“Jawaban salah satu teman saya gampang!. Ngapain mikir jual, kita pake sendiri aja,” tukas Audy menirukan jawaban Mitra bisnisnya itu.

Bersamaan dengan dibangunnya pabrik pakan, PT STM juga membuka kerja sama Kemitraan dengan peternak setempat. Tak hanya itu masih di tahun yang sama ia mulai men-set-up hatchery & breeding farm (pembibitan dan penetasan) yang berada di bawah naungan Perkasa Group. Hingga kini kapasitas produksi anak ayam/DOC (day old chick) Perkasa Chick (PC) 701 sekitar 160 – 200 ribu per bulan.

Sementara itu kapasitas produksi pakan ternak Perkasa Feed 701 itu masih di angka 2.000 kg per bulan. “Pasar kami internal (kemitraan) dan eksternal. Pakan kami kirim ke Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat dan sedikit ke Gorontalo, Maluku Utara, Kalimantan Timur dan Selatan hingga Papua,” President Commissioner PT STM itu.

Bisnis Menggurita.

Tak kurang ada 10 perusahaan berada di bawah naungan Perkasa Group seperti pakan ternak, hatchery & breeding farm, kemitraan 1, kemitraan 2, prosesing bahan pakan, distribusi benih, hingga trading jagung. Tak hanya itu Audy juga masih mengurusi bisnis lain di luar industri perunggasan seperti kelapa sawit di Sumatera Barat, Jambi, dan Kalimantan Selatan, pertambangan batubara di Kalimantan Timur, serta bisnis properti di Jakarta, Bekasi dan Tangerang. “Semua masih kecil-kecilan tapi terintegrasi,” ungkap pria yang menjabat Komisaris Utama di 3 perusahaan, Direktur Utama di 2 perusahaan dan Direktur di beberapa perusahaan lainnya.

Selain menangani bisnisnya yang semakin menggurita, pria yang segera akan melanjutkan study doktornya ini juga kerap diminta mengisi kuliah umum hingga seminar nasional di berbagai universitas di Indonesia Timur. “Saya juga membimbing 15 mahasiswa skripsi, jadi dosen tidak tetap lah ya,” ujar lulusan tercepat dan nilai tertinggi Magister Manajemen Kampus Universitas Hasanuddin Sulawesi itu.

Pernah Gagal

Audy tak menampik jika ia pun mengalami pasang surut dalam berbisnis. “Saya juga pernah gagal di beberapa usaha, tapi saya anggap itu uang sekolah. Sekali saja benar akan menutupi kegagalan sebelumnya. Ya leaerning by doing saja,” ujar pria yang rutin berakhir pekan bersama keluarga kecilnya.

Kini tak kurang dari 300 karyawan bekerja di berbagai anak perusahaan Perkasa Group yang dipimpin 2 komisaris dan 2 direksi itu. 

“Kalau omset ya baru sekitar Rp 100 miliar per tahun. Yang paling besar dari pakan ternak. Kita ini masih perusahaan kecil, dibandingkan pabrik pakan besar omset tahunannya bisa mencapai Rp 44 triliun,” ungkap Pria yang rutin traveling di dalam dan luar negeri tiap tahunnya ini.

Di penghujung perbincangan, Audy memaparkan targetnya ke depan untuk terus ekspansi di Indonesia Timur. “Kita akan masuk dan membesarkan Kalimantan Selatan, masuk Kalimantan Utara (sudah mulai) dan memperbesar kapasitas di Sulawesi Selatan, dan masuk di Sulawesi Utara,” harapnya.

Setelah berhasil mengembangkan dirinya di dunia pendidikan dan bisnis sebagai pengusaha. Audy memijakkan kakinya ke dunia politik yang memberikan ia kesempatan untuk menjadi Wakil Gubernur Sumatera Barat periode 2021-2024. 

Tinggalkan Komentar