Buah-Buah Harapan dari Tangan Anak Muda Negeri
Kecintaan terhadap dunia pertanian telah mengantarkan Made Indra Dananjaya menjadi salah satu pelaku usaha muda paling berpengaruh dalam industri buah beku Indonesia.
Lulusan Agronomi dan Hortikultura IPB University ini mengubah keprihatinan atas buah hasil panen yang terbuang sia-sia menjadi peluang bisnis yang berdampak luas bagi petani lokal dan industri pangan.
Made Indra menyelesaikan pendidikan menengah di SMAN 3 Denpasar (2010–2013), lalu melanjutkan kuliah di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB University (2014–2017).
Semasa kuliah, ia menunjukkan ketertarikan besar terhadap isu-isu pertanian berkelanjutan dan pengelolaan hasil tani. Pada 2017, ia mengasah kemampuan teknisnya melalui magang di MJ Flora. Pengalaman ini memperdalam pemahamannya tentang pembibitan, rumah kaca, dan manajemen tanaman secara langsung.
Tak berhenti di situ, Made Indra melanjutkan pembelajaran ke level internasional. Melalui program pertukaran global di Ohio State University (2018–2019), ia mempelajari praktik pertanian berkelanjutan di negara maju.
Ia juga menjalani magang profesional di Summerhill Landscape, New York dan TPC Sawgrass Golf Course, Florida, yang memperkaya keahliannya dalam manajemen lanskap dan irigasi, serta pemanfaatan mesin pertanian secara efisien.
Awal mula lahirnya Bali Food Industry pada 2020 berasal dari sebuah keprihatinan. Made Indra sering menyaksikan buah-buahan lokal yang tak terserap pasar akhirnya membusuk tanpa sempat dikonsumsi.
Bersama tim kecilnya, ia memulai usaha dari sebuah garasi di Denpasar. Fokus utama perusahaannya adalah membekukan buah segar langsung dari petani agar tahan lama dan bernilai ekonomi tinggi.
Dengan slogan “Buah Lokal Harus Terkenal”, Bali Food Industry mengemas buah dalam bentuk beku maupun produk turunan seperti air lemon siap konsumsi.
Pasar pun merespons positif, membuat perusahaannya kewalahan memenuhi permintaan dari berbagai daerah seperti Bali, Jawa, Sumatera, hingga Nusa Tenggara.
Kini, Bali Food Industry bermitra dengan lebih dari 200 petani di berbagai daerah Indonesia. Setiap bulan, perusahaan mampu menyerap lebih dari 100 ton buah, menjalankan proses produksi dengan standar mutu tinggi, serta telah mengantongi izin edar BPOM dan PSAT.
Pada 22 Februari 2025, bertepatan dengan perayaan Tumpek Landep, Bali Food Industry meresmikan gedung operasional baru seluas 15 are di Denpasar Timur.
Fasilitas ini dilengkapi ruang penerimaan barang, area bahan baku, ruang kemasan, dan ruang produksi dengan freezer bersuhu minus 40 derajat Celsius—memungkinkan buah beku bertahan hingga satu tahun tanpa kehilangan rasa dan warna. Teknologi ini memperkuat komitmen perusahaan dalam menjaga kualitas dan keberlanjutan produksi.
Gedung baru ini bukan hanya simbol pertumbuhan bisnis, melainkan juga bentuk nyata kontribusi terhadap sektor pertanian dan pariwisata Bali.
Proses pemelaspasan dipimpin oleh Ida Rsi Bujangga dari Sekar Taji, menandai dimulainya babak baru perusahaan yang siap melayani lebih banyak petani dan konsumen.
Selain fokus pada bisnis, Made Indra juga aktif membina kelompok tani muda, memberi pelatihan manajemen kebun dan pemasaran hasil tani.
Ia kerap menjadi pembicara di forum pertanian nasional serta terlibat dalam berbagai program CSR, seperti pemberdayaan petani singkong di wilayah terpencil.
Kemampuan berbahasa Inggris dan Spanyol memudahkannya membangun komunikasi lintas negara, membuka peluang kolaborasi global dalam memperkenalkan buah lokal Indonesia ke dunia.
Perjalanan Made Indra Dananjaya menjadi refleksi nyata bahwa ketekunan, inovasi, dan kepedulian terhadap sesama dapat menciptakan perubahan besar.
Dari garasi kecil hingga pusat distribusi buah nasional, langkahnya membuktikan bahwa pertanian modern bisa menjadi lahan pengabdian dan peluang bisnis sekaligus.
Lewat tangan dinginnya, pertanian Indonesia tidak lagi identik dengan keterbelakangan, melainkan dengan masa depan yang segar, cerah, dan penuh harapan.