Laksmi Dhewanthi

Pengawal Diplomasi Lingkungan

Dalam penyelenggaran Pertemuan Deputi Lingkungan dan Kelompok Kerja Keberlanjutan Iklim negara-negara anggota G20 atau Environment Deputies Meeting and Climate Sustanability Working Group (G20 EDM-CSWG), Laksmi Dhewanti (F29), merupakan sosok yang turut berperan strategis.

Laksmi Dhewanti sukses mengawal diplomasi lingkungan dan keberlanjutan iklim dalam helatan G20. Laksmi mampu memimpin dan mengoordinir tiga kali pertemuan G20 EDM-CSWG dengan 211 delegasi dari negara-negara anggota G20, negara undangan dan Organisasi Internasional.

Dalam ketiga pertemuan itu dibahas tiga isu prioritas yaitu mendukung pemulihan berkelanjutan, peningkatan aksi berbasis daratan dan lautan untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim serta peningkatan mobilisasi sumber daya. Perubahan iklim (climate change) merupakan ancaman global yang tidak bisa kita sepelekan, terlebih untuk Indonesia yang sangat rentan karena kondisi alamnya.

Hasilnya adalah beberapa kesepakatan isu lingkungan yang menjadi pembahasan antara lain mengurangi dampak degradasi lahan dan kekeringan, meningkatkan perlindungan, konservasi dan restorasi ekosistem lahan dan hutan berkelanjutan, meningkatkan kerja sama berbagai pihak, serta upaya mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Laksmi menjelaskan, inisiatif yang dilakukan Indonesia selama ini di tingkat nasional akan diperkenalkan dan ditiru, serta bekerja sama dengan berbagai negara tidak hanya G20 tapi juga negara-negara mitra.

"Ini adalah kesempatan baik Indonesia untuk menunjukkan bahwa kita memimpin dalam beberapa agenda terkait dengan perlindungan lingkungan hidup dan kehutanan," terang Laksmi.

Kiprah Laksmi membawa Indonesia di forum internasional rupanya sudah tercatat sejak lama. Sejak 2003, ia telah terlibat dalam penanganan isu perdagangan terkait lingkungan, negosiasi perubahan iklim serta pembangunan berkelanjutan.

Beberapa jabatannya dalam forum internasional antara lain sebagai Immediate Past President of Asia Pacific Roundtable for Sustainable Consumption and Production (APRSCP), Global Environment Facility Operational Focal Point (GEF-OFP) untuk Indonesia.

Sebelumnya beliau menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Industri dan Perdagangan Internasional Staf Ahli Menteri Bidang Industri dan Perdagangan Internasional.

Pendidikan S1 diperoleh dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB University kemudian dilanjutkan dengan S2 di University of Sussex, Inggris.

Wanita kelahiran Jakarta, 23 Maret 1965 ini yang akrab dipanggil Ami ini, mengawali karirnya sebagai staf peneliti Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB University itu juga menjabat sebagai National Focal Point to the UNFCCC, Designated Authority for Adaptation Fund Indonesia and for the Clean Development Mechanism (CDM), focal point of Action for Climate Empowerment, serta Wakil Presiden Majelis Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (Vice President of the fifth United Nations Environment Assembly/UNEA-5).

Selain banyak mengemban tugas untuk kerjasama luar negeri, lulusan Master of Art (MA) in Environment, Development and Policy, University of Sussex, Brighton, United Kingdom ini, sebelumnya juga mendapat penugasan silih berganti.

“Jadi staf peneliti di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup di IPB University, dari tahun 1988-1990. Kemudian saat 1990-1991 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) berdiri, kami diminta untuk pindah bergabung dengan Bapedal, yang saat itu adalah badan yang baru berdiri. Jadi saya pindah ke Bapedal sampai Bapedal bergabung lagi dengan KLH, lalu KLH bergabung dengan Kementerian Kehutanan. Tentu saja dengan bidang penugasannya berbeda-beda,” ungkap Laksmi.

Sebelum menjabat posisi saat ini sebagai Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim per tanggal 9 April 2021, Laksmi pernah mengemban amanah antara lain sebagai Staf Ahli Menteri LHK Bidang Industri dan Perdagangan Internasional, Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 KLHK, Asisten Deputi Menteri LH Bidang Data dan Informasi Lingkungan, serta Asisten Deputi Menteri LH Bidang Ekonomi Lingkungan.

“Alhamdulillah, saya pernah ditugaskan di berbagai macam bidang. Sekarang saya diminta untuk di sini (Dirjen PPI), jadi saya belajar lagi untuk bisa melaksanakan amanah sebaik-baiknya,” tuturnya.

Dari sekian banyak penugasan dan pengalaman tersebut, Laksmi tidak menjadikannya sebuah kendala dalam menjalani karirnya. Justru, sebagai wanita karir, ia merasakan tantangan di setiap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pada saat yang bersamaan, sebagai ibu rumah tangga harus mengurus keluarga.

“Tantangannya adalah mengelola waktu dengan baik. Kalau komplain sudah pasti ada. Menurut saya selama kita bisa membangun trust dan keterbukaan karena keluarga saya membiasakan diri masing-masing akan pamit kalau ada acara, apalagi kalau sudah terencana sehingga kita bisa sama-sama menyesuaikan, sama-sama tahu,” ucapnya.

Laksmi tidak menampik bahwa setiap orang pasti memiliki peran ganda dalam kehidupannya. Hal tersebut kadang berhasil, namun terkadang juga tidak berhasil. Ia mengungkapkan, kalau tidak berhasil, setidaknya ada upaya maksimal yang bisa ditunjukkan.

Sesibuk apapun Laksmi menjalani tugasnya sebagai abdi negara, keluarga adalah bagian terpenting dalam kehidupannya.

“Terkadang kita gagal mengatur waktu, karena berada di luar kemampuan kita. Saya selalu mengatakan pada keluarga, saya juga punya pimpinan dan amanah pekerjaan, sehingga mungkin ada sesuatu keperluan keluarga yang tidak bisa dipenuhi. Saya bisa mengatur schedule saya, tapi saya tidak bisa mengatur penugasan kepada saya, kadang seperti itu. Itulah yang kemudian harus dikomunikasikan. Saya sangat mensyukuri dan berupaya agar semua bisa berjalan beriringan, tidak harus sama rata,” jelasnya.

Tinggalkan Komentar