Inovasi Lokal Bioluric, Obat Herbal Asli Indonesia

GOUT merupakan kondisi peradangan sendi yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam sendi. Asam urat sebenarnya merupakan zat alami yang terbentuk ketika tubuh memecah purin, yang merupakan senyawa yang ditemukan dalam makanan tertentu dan juga diproduksi oleh tubuh.

Ketika kadar asam urat tinggi dalam darah, kristal asam urat dapat terbentuk dan menumpuk di dalam sendi, terutama di sendi kaki atau jari kaki.

Proses ini menyebabkan peradangan dan gejala yang khas dari gout, seperti nyeri, bengkak, kemerahan, dan kekakuan pada sendi yang terkena. Itu sebabnya kondisi ini sering juga disebut penyakit asam urat.

Pada umumnya strategi pengobatan secara kimia dilakukan dengan bantuan pemberian obat golongan urikosurik ataupun urikostatik seperti allopurinol.

Allopurinol memang efektif dalam menghambat pembentukan asam urat melalui mekanisme inhibisi kompetitif terhadap xantin oksidase.

Hanya saja pemakaian allopurinol dalam jangka panjang menurut sejumlah penelitian dapat menyebabkan efek samping seperti demam bahkan pembentukan batu ginjal.

Peneliti dan dosen dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Prof. Dyah Iswantini Pradono membeberkan hasil penelitian terkait tanaman obat yang punya khasiat meredakan atau menurunkan asam urat.

Guru besar prodi Kimia IPB ini menyebutkan herbal lokal seperti sidaguri, kaya akan kandungan alkaloid dan tanin dan berkhasiat sebagai obat diuretik dan analgesik.

Sidaguri adalah tanaman yang punya nama lain sadagori atau sidagori dalam bahasa Sunda, otok-otok dalam bahasa Jawa, kahindu dalam bahasa Sumba, atau saliguri dalam bahasa Minang.

Sidaguri dengan nama ilmiah Sida rhombifolia l termasuk tanaman semak. Tanaman ini dapat tumbuh mencapai 2 meter dengan batang berkayu bentuk bulat.

Sidaguri dengan tambahan seledri dan tempuyung dapat diolah menjadi obat asam urat herbal. Obat herbal ini bahkan dapat bersifat sama seperti allopurinol yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase.

"Penurunan kadar asam urat dengan formulasi jamu anti-gout dinilai setara bahkan melebihi allopurinol," ujar Dyah.

Dyah telah melakukan penelitian penelitian dari hulu sampai hilir mulai tahun 2003 sampai 2011. Hingga akhirnya penelitian ini menemukan formula ekstrak terstandar dari ketiga tanaman obat itu untuk menurunkan kadar asam urat dan anti inflamasi.

Inovasi tersebut juga mendapatkan penghargaan Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa dari Pemerintah Indonesia tahun 2009, memperoleh Anugerah IPTEK Widyasilpawijana Duta IPTEK dari Menteri Riset dan Teknologi RI tahun 2011, serta menjadi salah satu "Best Research" dari Ristek Kalbe Science Awards 2012.

"Sidaguri merupakan tumbuhan liar yang perlu dibudidayakan, dan seledri merupakan tanaman yang sehari-hari digunakan sebagai sayuran. Sedangkan tempuyung termasuk tanaman yang digunakan sebagai sayur. Jadi semua tanaman penyusun obat herbal antigout atau penurun asam urat ini mudah ditemukan di sekitar kita," katanya.

Pengembangan obat herbal terus mendapat perhatian pemerintah melalui berbagai ragam program kebijakan.

Dalam perjalanannya, melalui dukungan pendanaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek), IPB University dan PT Biolife Indonesia akhirnya berhasil memformulasi produk obat herbal dengan pengawalan BPOM.

Produk obat herbal asam urat ini kemudian dinamai BioLuric dan diluncurkan di IPB International Convention Center, pada Kamis (26/01/2023). Bioluric pun dinyatakan telah mendapatkan izin edar dan siap dikomersialisasikan.

Rektor IPB University Prof Arif Satria dalam sambutannya mengucapkan syukur atas launching produk Bioluric. “Ini akan berharga untuk penguatan kesehatan. Kita akan terus tingkatkan riset yang merespon perkembangan (kesehatan) di lapangan,” ujarnya.

Lebih lanjut Rektor menyampaikan akan segera menyiapkan langkah selanjutnya menuju fitofarmaka sehingga scopenya akan lebih luas dan lebih baik.

Wakil Rektor Bidang Inovasi dan Bisnis IPB University, Prof Erika menyebut proses yang sudah dicapai ini tidaklah mudah.

"Melalui produk Bioluric kita dapat membuktikan bahwa IPB University mampu membuat inovasi obat dengan bahan baku tanaman lokal. Manfaatnya bisa segera dirasakan oleh masyarakat. Kita sudah selamatkan bahan alam asli Indonesia, jangan sampai orang luar gali terus potensi kekayaan alam negeri kita,” ucapnya.

Menurutnya, produk inovasi ini merupakan salah satu dari 65 proposal yang didanai program Matching Fund Kedai Reka 2022 Kemendikbud Ristek untuk tahapan komersialisasi.

“Produk ini sudah siap secara kualitas. Apalagi untuk pangan yang menyentuh kesehatan manusia. Ini merupakan produk inovasi yang dilindungi hak cipta dan telah dikerjasamakan dengan mitra industri,” tambahnya.

Lebih lanjut Prof Erika menyampaikan produk Bioluric tidak hanya akan dikerjasamakan di dalam negeri, tapi juga dengan mitra luar negeri.

Direktur Pemasaran PT Biolife Indonesia, Edi Effendi menyampaikan apresiasi dan terimakasih perusahaannya telah terpilih menjadi bagian penting dalam hilirisasi riset.

PT Biolife Indonesia berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam mendorong hilirisasi industri hasil inovasi perguruan tinggi demi mewujudkan kemandirian bangsa.

Kepala BPOM mengapresiasi pencapaian kolaborasi multihelix, mulai dari riset oleh akademisi IPB, hilirisasi dan komersialisasi oleh PT Biolife Indonesia, dukungan dan fasilitasi pendanaan oleh Kemendikbud Ristek, serta pendampingan dan fasilitasi BPOM agar produk yang dihasilkan memenuhi aspek khasiat, keamanan, dan mutu.

Peneliti utama obat herbal asam urat IPB University Prof. Dyah Iswantini Pradono bersyukur akhirnya obat tersebut secara resmi bisa diedarkan setelah mendapat izin dari D3 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Penelitian obat asam urat dari hasil keanekaragaman hayati Indonesia ini cukup panjang," ujar wanita kelahiran Sukoharjo pada Juli 1967 itu.

Prof. Dyah Iswantini Pradono adalah salah seorang doktor Biophysical Bioanalytical Chemistry yang lulus pada tahun 2000 di Kyoto University, Jepang yang mengabdikan keilmuannya di IPB University.

Dyah berharap, dengan diluncurkannya Bioluric bisa membuat mata rantai kesehatan dan ekonomi Indonesia semakin maju.

Dengan beredarnya Bioluric di pasaran, para petani semakin bersemangat membudi daya, peneliti mendapat royalti, produsen untung, karena ternyata banyak bahan baku dari dalam negeri yang setara dengan impor.

Dampaknya tentu sangat luas, tidak saja aspek kemanfaatan dari produk tersebut, tetapi juga multiplier effect yang dapat bergulir, seperti akan bergeraknya sektor hulu penyediaan bahan baku obat herbal, hingga daya pengungkit di sektor hilir yaitu industri obat herbal, pendistribusian, hingga menyentuh ke tangan konsumen. *

Tinggalkan Komentar