Hermanto Siregar

Ilmuwan Terbaik di Balik Keterbatasan

Ekonometrika merupakan cabang ilmu ekonomi yang menggunakan statistika dan matematika untuk mengkaji persoalan-persoalan ekonomi. Perkembangan ilmu ekonomi banyak didorong oleh berkembangnya ekonometrika. Sebaliknya, kompleksnya persoalan ekonomi juga ikut memicu pengembangan ekonometrika.

Tidak banyak pakar yang mendalami ekonometrika. Salah satu pakar di Indonesia yang mendalaminya adalah Hermanto Siregar, dosen di Departemen Ilmu Ekonomi IPB University, yang menjadi Guru Besar sejak tahun 2007. Ia bahkan masuk dalam kategori Ilmuwan Terbaik Indonesia menurut AD Scientific Index.

Dedikasi Hermanto dalam mengaplikasikan keilmuannya memang tak pernah diragukan. Sebagai pakar ekonomi, pria yang juga merupakan Rektor Perbanas Institute ini sering memberikan pandangannya dalam kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah.

Hermanto juga pernah menduduki berbagai jabatan strategis antara lain anggota Komite Ekonomi Nasional (penasehat ekonomi Presiden Republik Indonesia keenam), Komisaris Utama Permodalan Nasional Madani, Komisaris Independen Bank BRI, Komisaris Utama BRI Syariah, dan Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI).  

Selain aktif di PERHEPI, Hermanto juga aktif dalam kepengurusan berbagai organisasi profesi seperti Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia serta pernah menjabat sebagai Sekretaris Jendral Asia Pacific Agricultural Policy Forum. Hermanto Siregar juga pernah menjabat sebagai Wakil Rektor IPB University selama dua periode, tahun 2008 hingga 2018.

Kehebatan sang ilmuwan sejati ini bukanlah sebuah hadiah. Keahlian pria kelahiran tahun 1963 di bidang ekonometrika dan makroekonomi ditebus dengan semangatnya yang pantang menyerah.

Hermanto memiliki keterbatasan fisik. Setelah virus polio menyerang kakinya saat berusia tiga tahun, ia harus bersusah payah ketika harus pergi bersekolah. Meski demikian, orangtuanya di Medan tetap menyekolahkannya di sekolah umum dan mendidiknya untuk pantang menyerah.

Daya juang dan mental yang kuat membawanya ke Bogor. Ia masuk IPB University melalui jalur undangan di tahun 1982. Hermanto lulus dari Agribisnis IPB University tahun 1986, kemudian diangkat menjadi dosen di almamaternya.

Dengan bakat kecerdasan dan kerja kerasnya, dengan mudah dia menyelesaikan pendidikan lebih lanjut hingga mendapat gelar M.Ec. in Agricultural Economics dari University of New England, Australia tahun 1991, dan menyelesaikan Ph.D. in Economics dari Lincoln University, New Zealand, pada tahun 2001.

Sebagai dosen, ia sangat aktif melakukan penelitian. Hermanto bersama kolega dan mahasiswanya telah menulis sekitar 300 artikel yang dipublikasi di jurnal ilmiah dalam dan luar negeri ini, juga dipercaya sebagai external faculty di Bank Indonesia Institute.

Meski sarat prestasi dan semangat pengabdian yang luar biasa, penampilannya selalu bersahaja, kalem, tapi mampu memotivasi banyak orang yang diharapkannya untuk berkembang.

Tak sedikit pun ia mengeluhkan kekurangan fisiknya. Ia bahkan kerap mendorong dan mengingatkan para mahasiswa dan mantan mahasiswanya untuk berupaya terbaik memajukan agribisnis dan industri pertanian di Tanah Air.

Telah banyak mahasiswa di jenjang S1, S2 hingga S3 yang dibimbingannya, bisa menempati posisi penting di sektor publik maupun swasta.

Meskipun kepakaran Hermanto berfokus pada ekonometrika dan makroekonomi, perhatian sangat besar pada pertanian. Hal itu tak hanya dilakukannya dalam pengajaran di IPB University, namun juga di institusi atau lembaga lain dengan menyumbangkan hasil analisis dan pikirannya di bidang pertanian.

Menjawab tantangan pembangunan pertanian dan perekonomian, ia seringkali terlibat dalam pembahasan isu-isu kompleks seperti transformasi perekonomian dan penguatan sistem pangan nasional, terutama tentang bagaimana memperkuat sektor pertanian dan ekonomi perdesaan, meningkatkan alokasi dukungan dan sumberdaya untuk petani kecil, serta mengembangkan kemitraan multi-stakeholders yang inklusif.

Kepada generasi muda, Hermanto berharap agar menjadi pengusaha muda yang tangguh dan mandiri dalam bidang agribisnis.

Dalam pandangannya, para pemuda tidak cukup dibekali dengan pendidikan formal namun juga harus membekali diri dengan keterampilan terutama penguasaan teknologi digital maupun teknologi lainnya.

“Generasi milenial (gen-Y) dan zilenial (gen-Z) yang menjadi agripreneur, memulai bisnisnya tidak harus dari on farm namun bisa dari mata rantai lain dalam value chain produk pertanian, seperti pengolahan ataupun distribusi,” ujar Profesor penyuka buah lokal ini.

Menurutnya, pengembangan mata rantai produk pertanian hingga hilir pada gilirannya akan meningkatkan perhatian pada mata rantai hulu, sehingga akan mendorong mereka untuk mengembangkan on farm atau budidaya pertanian.

Hermanto juga berpendapat, keberhasilan dan keberlanjutan perekonomian suatu negara sangat ditentukan oleh karakter generasi mudanya.

“Nah, beberapa karakter generasi muda yang dibutuhkan untuk mendorong kemajuan ekonomi negara adalah kreatif, tangguh, suka bekerja keras, dan memiliki spirit kewirausahaan yang kuat,” pungkasnya.**

Tinggalkan Komentar