Pemulia Padi IPB 3S
Dosen AGH IPB Alumni IPB Angkatan : Lulus Tahun 1982 Jurusan/Fakultas : AGH/FAPERTA
Sudah delapan varietas padi yang dilepas Dr. Hajrial Aswidinnoor bersama Tim Pemulia Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Faperta-IPB). Kedelapan varietas tersebut antara lain: IPB 1 R Dadahup, IPB 2 R Bakumpai, IPB Batola 5 R, IPB Batola 6 R,dan IPB Kapuas 7R yang tumbuh baik di lahan rawa, IPB 3S, dan IPB 4S yang tumbuh baik di lahan sawah irigasi atau tadah hujan, serta IPB 8 G yang cocok ditanam di lahan kering atau ladang.
“Kami mulai melakukan seleksi tetua sejak dari tahun 2004 hingga menjadi varietas tahun 2012 atau selama delapan tahun,†ungkap Pria alumnus S3 Program Genetika dan Pemuliaan Tanaman Universitas Missouri, Columbia yang telah 24 tahun menggeluti pemulia padi ini.
Dr. Hajrial menjelaskan, Padi 3S akan tumbuh optimal pada lahan yang airnya tidak terlalu banyak, tidak tergenangi, tapi air yang cukup atau macak-macak. Varietas 3S ini mempunyai masa tanam 112 hari dan mampu menghasilkan produksi mencapai 8,5 ton per hektar gabah kering giling (GKG).
Dinas Pertanian terdekat akan memberikan informasi mengenai penangkar padi varietas 3S ini bagi petani maupun masyarakat yang ingin mendapatkan benih Padi 3S, tutur Dr. Hajrial, kini sudah ada penangkar padi Sukamandi yang berhasil menghasilkan benih 3S sebanyak 16 ton.
Peneliti atau pemulia IPB tidak menyediakan benih padi dalam jumlah besar, lanjut Hajrial, hanya bisa menyediakan biang benih padi (berlabel kuning) maksimal 4 kilogram untuk ditangkarkan kembali menjadi benih komersial. Padi berlabel kuning ini diperuntukkan bagi para penangkar, sedangkan untuk para masyarakat atau petani yang berlabel biru.
Lebih lanjut Dr. Hajrial, benih padi berlabel kuning agar menjadi label biru membutuhkan proses yang cukup panjang dan lama. Adapun proses nya yaitu mulanya penangkar menanam padi berlabel kuning, hasil produksinya nanti berlabel putih. Selanjutnya padi berlabel putih ini ditanam kembali di lahan yang lebih luas untuk menghasilkan padi berlabel ungu. Setelah itu, padi berlabel ungu ini ditanam secara massal sebagai benih berlabel biru.
“Label biru inilah yang dijual dipasaran dan ditanam petani sebagai padi konsumsi,†jelas Alumnus S2 Program Pemulia Tanaman dan Genetika Tanaman Universitas Wisconsin tahun 1987 ini.
Kecintaan Hajrial terhadap dunia pemuliaan tanaman berawal duduk di bangku kuliah Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian IPB. Kemudian, Dr. Hajrial mulai menggeluti pemuliaan padi ketika menyelesaikan disertasinya. Bagi Dr. Hajrial, meneliti padi adalah bentuk pengabdian demi kesejahteraan petani dan tercapainya ketahanan pangan nasional.