Mengangkat Wastra Lewat Fatih Indonesia
Latar belakang bukanlah halangan bagi Fahmi Hendrawan untuk menembus industri fesyen. Lulusan IPB University jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 2005 ini justru memulai perjalanannya sebagai Relationship Manager di sektor perbankan selama kurang lebih 3 tahun, lalu sempat merambah dunia musik sebelum akhirnya menemukan jalan hidupnya dalam dunia fashion muslim pria.
Kini, Fahmi dikenal luas sebagai pendiri Fatih Indonesia, merek busana muslim pria yang menggabungkan nilai-nilai spiritual, budaya lokal, dan gaya kontemporer.
Didirikan pada tahun 2015, Fatih Indonesia hadir sebagai respons atas pengalaman personal Fahmi saat membuka acak lembaran Al-Qur’an. Ayat yang ia temukan kala itu menyentuh kesadarannya tentang pentingnya berpakaian baik saat beribadah.
Saat itu, dia membuka Surat Al A’raf ayat 31 yang artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaian bagus saat memasuki masjid.”
“Enggak tahu kenapa rasanya ayat itu menyentuh sekali, dekat dengan kenyataan bahwa saya kalau salat merasa enggak pernah pakai baju bagus. Saya merasa enggak nyiapin baju khusus yang bagus untuk salat, biasa-biasa saja gitu. Dari sana saya kepikiran untuk membuat baju muslim laki-laki,” dikutip dari entrepreneur.bisnis.com.
Momen spiritual ini menjadi pemicu berdirinya lini busana muslim pria yang bukan hanya layak untuk digunakan di masjid, tapi juga relevan dipakai dalam berbagai aktivitas formal maupun kasual.
Tak memiliki latar belakang di bidang fesyen, Fahmi tetap memilih untuk terjun langsung mempelajari seluk-beluknya dari bawah. Ia magang di Pasar Mayestik demi memahami proses produksi pakaian dari memilih bahan hingga menjahit. Keuletan ini menjadi pondasi kuat dalam merintis dan membesarkan Fatih Indonesia.
Fatih Indonesia tampil beda dengan ciri khas desain baju koko slim fit yang mengusung kombinasi batik Garutan, tanah kelahiran Fahmi, sebagai elemen utama. Langkah ini bukan hanya memperkenalkan batik dari daerah yang belum banyak terekspos, tapi juga mengangkat derajat para pengrajin batik lokal.
Seiring berjalannya waktu, Fatih Indonesia juga berkolaborasi dengan pengrajin dari daerah lain seperti Tasikmalaya, Solo, dan Bengkulu, hingga memberdayakan lebih dari 30 artisan.
Dengan pendekatan desain yang segar dan penuh warna, Fatih Indonesia berhasil menarik perhatian pasar domestik dan mancanegara. Produk-produknya telah melanglang ke berbagai ajang fashion, seperti Muslim Fashion Festival, Indonesia Fashion Week, hingga Japan Halal Expo dan Asia Islamic Fashion Week di Malaysia. Bahkan pada 2017, brand ini ikut serta dalam pameran di Moskow atas undangan Pemerintah Indonesia.
Meski sukses, jalan Fahmi tak selalu mulus. Ia pernah mengalami penipuan yang hampir melumpuhkan usahanya, kehilangan tabungan senilai Rp400 juta. Namun pengalaman pahit itu tak mematahkan semangatnya. Ia bangkit dan kembali membangun bisnisnya dari awal. Kini, Fatih Indonesia mencatat pendapatan bersih hingga Rp1,2 miliar dalam setahun, dengan 40 persen penjualan berasal dari kanal digital.
Kecintaannya terhadap kewirausahaan telah tumbuh sejak kecil. Dibesarkan oleh sang nenek di Garut setelah orang tuanya berpisah, Fahmi sudah diajarkan untuk mandiri dan berdagang sejak usia dini. Ia menjajakan donat dan es krim keliling kampung, sembari menyalurkan minatnya pada musik yang juga menjadi sumber penghasilan saat remaja.
Pendidikan tetap menjadi prioritas. Di tengah kesibukannya, ia berhasil menyelesaikan pendidikan hingga meraih gelar MBA di bidang Creative & Culture Entrepreneurship dari Institut Teknologi Bandung (ITB), serta mengikuti studi di Queensland University of Technology (QUT), Australia.
Perjalanan hidup dan semangatnya dalam menginspirasi orang lain ia tuangkan dalam buku berjudul "Sedekah Inspirasi". Buku ini bukan sekadar biografi, melainkan cerminan perjuangan, nilai spiritual, dan tips wirausaha yang ia kumpulkan dari pengalaman nyata. Seluruh hasil penjualan bukunya bahkan diwakafkan untuk pembangunan pesantren tahfiz.
"Buku ini bukan untuk sombong tapi untuk menginspirasi. Saya ingin buku ini menjadi amal jariyah buat mereka yang membacanya. Untuk itulah kenapa namanya sedekah, karena sedekah tidak hanya berupa uang. Apa pun yang kita punya bagikan, karena kita enggak tahu cerita mana yang bisa kita bagikan," kata Fahmi dalam peluncuran buku "Sedekah Inspirasi" di Jakarta.
Baginya, Fatih Indonesia adalah lebih dari sekadar bisnis. Ini adalah misi. Lewat Fatih, Fahmi ingin memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke dunia, memberdayakan para pengrajin lokal, serta membuka akses pekerjaan dan rezeki bagi masyarakat sekitar. Nama “Fatih” yang diambil dari Surat Al-Fatihah, berarti “pembuka,” menjadi doa agar bisnis ini menjadi pintu kebaikan bagi banyak orang.