Attila Majidi Dt Sibungsu

Hangatnya Kisah Kopi Solok

ASIK berbicara tentang pengembangan budaya, pertanian, dan UMKM di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, satu nama ini selalu bersemangat. Nama itu adalah Attila Majidi Dt Sibungsu.

Sebagai pemimpin dan pelopor, Attila memang telah memberikan sumbangsih yang begitu besar untuk daerahnya, dari pengembangan budaya lokal hingga peranannya dalam industri kopi.

“Solsel kaya akan rempah-rempah, karena tidak ada asosiasi dan tidak tahu harga. Ini harus kita branding, sehingga petani tidak lagi menjual bahan mentah tapi bahan jadi,” ujar pria kelahiran Padang pada Juni 1972 itu.

Di Solok Selatan sendiri Attila Majidi merupakan sosok yang menginspirasi dan memotivasi anak muda di bidang pertanian. Terutama bagi mereka yang menggeluti usaha kopi.

Bukan hanya tentang bahan mentah saja, tapi pelaku usaha atau petani dibinanya sehingga dapat menghasilkan produk kopi jadi. Hasilnya memiliki omzet yang lebih dan setidaknya memiliki usaha warung kopi sendiri.

Dari hulu ke hilir pendampingan dilakukan, mulai dari pembinaan pelaku usaha prosesor kopi (mengolah kopi menjadi Green Bean), roaster (mengolah Green Bean menjadi Roasted Bean) dan produksi bubuk hingga kedai kopi.

Disamping petani kopi, juga menyediakan tempat nongkrong bagi anak muda melalui Teras Kopi Pak Datuak miliknya di Simpang Tambang, Jorong Padang Aro, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan.

Bersama kawan petani lainnya dibentuk pusat pelatihan pertanian dan pedesaan swadaya 2021 sampai sekarang masih aktif berjalan.

Pada akhirnya tempat yang dibangun itu jadi wadah belajar bersama bagi petani, peneliti dan mahasiswa yang fokus tanaman perkebunan dan pangan.

Kisah Attila dengan kopi bermula ketika temannya menanyakan mengenai Kopi Arabika Solok. Meski sempat tak menyukai kopi, Attila jadi penasaran dan kemudian memulai bisnisnya di dunia kopi, khususnya Kopi Arabika Solok Selatan.

Melihat potensi besar dari produk lokal, ia mulai memproduksi kopi dengan merek "Pak Datuak" yang ternyata sukses di pasaran. Kesuksesannya tersebut membuka peluang lain seperti kerjasama, pendirian asosiasi, hingga menjadi Duta Petani Andalan Kementerian Pertanian RI.

Peduli pada masyarakatnya, Attila juga dikukuhkan menjadi Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) pada Maret 2022. Ia bertekad untuk memelihara adat istiadat yang sopan santun, serta mendorong masyarakat untuk terus membudayakan tradisi Minang yang turun temurun.

Dalam pandangannya, budaya dan adat merupakan fondasi kebanggaan dan identitas masyarakat Minang. "Kita bukan menentang perubahan itu, tapi kita mengawalnya. Bagaimana masyarakat dan generasi muda tidak menyimpang akibat pengaruh dari budaya luar," ujarnya.

Lebih dari sekedar bisnis dan bermasyarakat, Attila memiliki visi untuk mengembangkan potensi daerah dan masyarakatnya. Melalui pendirian Asosiasi UMKM Solok Selatan dan Asosiasi Kopi Sumatera Barat, Attila telah mendorong pertumbuhan UMKM lokal, serta memperkenalkan produk kopi Minang ke pasar internasional.

“Sewaktu saya jadi Ketua Asosiasi Kopi Sumbar, saya memperkenalkan kopi Sumbar ke luar daerah dan membranding kopi Sumbar menjadi kopi Minang. Akhirnya dapat bangsa pasar tersendiri di dunia seperti Eropa dan Asia,” terang alumnin SMAN 2 Padang itu.

Ketua Asosiasi UMKM Solsel itu menyampaikan, siap mewadahi silaturahmi berbagi ilmu pengetahuan sesama pelaku usaha atau UMKM di Solsel.

Tak hanya itu, sebagai Ketua LKAAM, ia juga aktif membangun dialog dan kerjasama dengan perangkat daerah serta Pemkab Solok Selatan untuk pemberdayaan masyarakat.

Lulus dari IPB University pada tahun 1998 dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Attila memiliki pengalaman kerja yang luas dan beragam.

Ia pernah menjadi fasilitator kelurahan di Jakarta, bekerja di PT. Indofarma Tbk di berbagai kota, serta memegang peran kunci sebagai penyuluh pertanian di Solok Selatan.

Namun, setelah mengundurkan diri dari dunia penyuluhan, Attila memutuskan untuk mengembangkan usaha pertanian dan membina petani di daerahnya.

Attila memiliki mimpi besar untuk daerahnya. Melalui berbagai inisiatif seperti Festival Durian, Festival Teh dan Kopi, serta pengembangan beras di Nagari Sako Pasir Talang, ia ingin memastikan bahwa produk lokal Solok Selatan dikenal dan dinikmati oleh banyak orang.

"Potensi buah durian cukup beragam di nagari Kami. Inilah yang melatarbelakangi lahirnya ide festival dan kontes buah durian," kata suami dari Yani Suryani ini.

Festival Durian, menurut Attila cukup sederhana dengan mengangkat tema pulang kampung makan durian di tengah Kebun karena bertepatan momen lebaran.

"Kita berupaya mengenalkan potensi ini. Nanti dalam kegiatan dibuatkan saung-saung, sehingga pengunjung bisa menikmati durian dan aneka olahan durian. Sambil menyaksikan hiburan atau atraksi seni tradisi budaya lokal," lanjutnya.

Ia juga berupaya meningkatkan kualitas produk dengan bantuan pendidikan dan pelatihan untuk pelaku UMKM di daerahnya.

Prestasi Attila Majidi Dt Sibungsu bukan hanya soal bisnis. Ia telah meraih berbagai penghargaan atas dedikasinya, seperti Juara 2 Uji Cita Rasa Kopi tingkat Sumbar tahun 2020 dan Wirausahawan Bank Indonesia (WBI) terbaik tahun 2022.

Dalam setiap langkah dan keputusannya, Attila Majidi Dt Sibungsu selalu mengedepankan kepentingan masyarakat dan daerahnya. Sebuah bukti bahwa kesuksesan sejati bukan hanya diukur dari keberhasilan pribadi, namun juga bagaimana kita memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.*

Tinggalkan Komentar