We Never Know, Until We Try!
RAMAH, cerdas, penuh dedikasi dan selalu bersemangat. Itulah sosok Anis Erma Wulandari yang kini menjabat sebagai Direktur Kepatuhan, Head of Compliance and Anti Financial Crime, Deutsche Bank AG, Jakarta, perusahaan perbankan investasi dan jasa keuangan multinasional yang berkantor pusat di Frankfurt, Jerman.
Meraih gelar Doktor Manajemen Strategi dalam Program Studi Magister Manajemen dan Bisnis Sekolah Bisnis IPB University pada 2019, Anis memiliki pengalaman lebih dari 19 tahun di industri Perbankan.
Dengan berbagai tanggung jawab dan keahlian, Anis sangat matang dalam pengelolaan risiko kepatuhan dan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di sebagian besar area perbankan komersial dan institusional korporasi dan beberapa eksposur ke perbankan ritel.
Perempuan kelahiran Jember pada Februari 1979 itu, pernah menjadi lulusan Terbaik Tingkat Perguruan Tinggi di Universitas Jember pada 2004 saat menyelesaikan Program Studi Magister Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Sebelumnya ia diterima pada 1997 di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jember melalui jalur non tes Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) dan meraih gelar Sarjana Pertanian pada 2002.
Anis memulai karirnya di Divisi Kepatuhan Rabobank International Indonesia pada 2005 dan dipercaya sebagai Asisten Manajer Departemen Kepatuhan menangani bidang Regulatory Compliance dan KYC-AML monitoring.
Diberi tanggungjawab besar, Anis harus memacu diri untuk menghadapi berbagai tantangan di dunia perbankan.
"Posisi itu menuntut kita untuk terus memantau berbagai peraturan baik, peraturan BI, OJK, PPATK, Kementerian Keuangan dan regulator terkait lainnya. Semua departemen terkait di dalam bank harus dipastikan mematuhi peraturan yang berlaku, selain itu dilakukan juga tinjauan kebijakan internal untuk memastikan agar kebijakan tersebut sesuai dengan peraturan," ungkap Anis yang kini aktif sebagai anggota Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan (FKDKP).
Berkarir di perbankan, bukanlah pekerjaan mudah. Tantangan dan kompetisi bukan hanya muncul dari sisi bisnis perbankan itu sendiri, namun juga dari sisi sumber daya manusia.
Banyak kemampuan yang harus dimiliki saat menghadapi pekerjaan di dunia kepatuhan perbankan.
Tim Kepatuhan di tuntut untuk memiliki kualifikasi yang tinggi dalam hal mengerti produk dan aktivitas bank, memahami ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta memiliki jaringan yang luas dengan industri serta regulator.
"Saya telah melalui banyak tahapan dalam karir yang mengharuskan saya untuk selalu melakukan 'upgrade’ pengetahuan, baik tentang produk bank ataupun ketentuan perundang-undangan," ungkap Anis yang selalu tersenyum optimis.
Tanpa melihat hal ini sebagai beban kerja yang berat, Anis dengan penuh semangat bercerita bahwa harapan yang sama juga dimiliki oleh pemangku kepentingan internal agar tim kepatuhan dapat memberikan arahan dan solusi atas setiap inisiatif yang diusulkan oleh tim bisnis.
Bagi Anis, SDM yang memadai memiliki peran yang sangat penting bagi peningkatan kinerja dan pengembangan industri perbankan. Terlebih kebutuhan perbankan terhadap SDM bergerak sangat dinamis dan penuh tantangan.
"Karenanya, bank saat ini banyak melakukan investasi terhadap sumber daya manusia dan bisa sampai saling membajak sumber daya manusia terbaik dari bank lain," selorohnya sambil menebar tawa.
Itu sebabnya, bagi Anis hal tersebut memberikan tantangan bagi bank dan para pemimpin khususnya Direktur Kepatuhan perbankan untuk memastikan kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan agar kegiatan fungsi kepatuhan dapat berjalan dengan baik.
"Jadi saya sebagai Direktur Kepatuhan melakukan investasi yang besar pada pengembangan sumber daya manusia, selain memang saya suka belajar dan selalu mendukung tim yang juga suka belajar," tegas Anis.
Dengan cara begitu, pekerjaannya akan terdukung dan lebih mudah karena anggota tim dapat mandiri dan beinteraksi langsung dengan pemangku kepentingan internal dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Anis juga termasuk sosok yang selalu dekat dengan team. Bahasanya memang selalu sederhana dan mudah dipahami. Kehadirannnya kerap menjadi sahabat yang selalu hangat dalam setiap perbincangan.
Tak heran jika ia seringkali diundang sebagai narasumber mulai dari menjadi Dosen Eksekutif Tamu OJK, pembicara panel dengan Bank Indonesia, menjadi moderator hingga menjadi pembicara untuk seluruh klien Standard Chartered Bank dalam rangkaian roadshow.
Anis melepaskan tugas di Rabobank International Indonesia pada 2008, untuk melanjutkan karirnya di bidang Compliance dan Anti Financial Crime di The Bank of Tokyo Mitsubishi-UFJ, Cabang Jakarta.
Selama 4 tahun bekerja untuk The Bank of Tokyo Mitsubishi-UFJ, pada 2012 ia mulai meniti karir di Standard Chartered Bank hingga akhirnya menjadi Country Head of Conduct Financial Crime & Compliance Advisory untuk area Corporate, Commercial & Institutional. Di bank inilah Anis cukup lama dan menimba banyak pengalaman hingga ia bertahan sampai tahun 2021.
Pandai menuturkan dan memaparkan berbagai perencanaan keuangan, Anis Erma Wulandari juga sering mengisi sesi talkshow. Salah satunya, penggiat perbankan yang juga aktif di Perhimpunan Bank Asing di Indonesia (Perbina) ini, begitu lihai menyajikan materi dalam paparan talkshow di Dharma Wanita Persatuan Kementerian Pertahanan (DWP Kemhan) mengenai manajemen keuangan.
Anis membahas enam hal yakni perencanaan keuangan, evaluasi kesehatan keuangan, solusi untuk dompet yang tidak sehat, tips investasi, tips memulai bisnis setelah pensiun, dan beberapa ide bisnis.
“Dalam membuat tujuan utama keuangan, sebaiknya dahulukan kebutuhan agama seperti zakat, berikutnya kebutuhan keluarga inti, diikuti kebutuhan keluarga kandung, dan jika masih ada sisa bisa untuk kebutuhan keluarga besar, barulah untuk kebutuhan lain”, ujar perempuan yang sangat pandai beradaptasi itu.
Sebab itulah, ia memiliki hubungan yang kuat dengan para regulator seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), baik pengawasan perbankan maupun pasar modal.
Ketertarikannya pada dunia pasar kopi, membawanya mencapai gelar tertingginya, PhD. Anis menyorot mekanisme pasar berjangka komoditas lokal, kontribusi kepada regulator terkait dan kebijakan pemerintah sebagai bagian dari penelitiannya saat itu.
Dalam hasil risetnya, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ke-4 dunia setelah Brazil, Vietnam dan Columbia dan memiliki potensi ekspor dan konsumsi nasional yang lebih tinggi, meski begitu produksi kopi relatif stagnan.
"Hal ini menyebabkan produsen tidak hanya menghadapi risiko produksi, tetapi juga risiko harga yang kemudian menekankan pentingnya keberadaan pasar berjangka sebagai instrumen manajemen risiko harga," ujar Anis saat memaparkan pengantar disertasinya "Efisiensi Pasar Berjangka Kopi di Indonesia" di SB IPB University.
Kuliah di lingkungan IPB University menjadi bagian cerita menyenangkan bagi Anis. Baginya, ketika datang ke kampus menjadi moment refreshing diantara kesibukannya melakukan pekerjaan yang cukup intens di kantor.
"Perjalanan ke Bogor dan saat setelah kuliah adalah waktu-waktu yang seru untuk dihabiskan di Bogor. Baik itu dengan banyak membaca di perpustakaan atau wisata kuliner sampai mencari tempat ngopi sambil mengerjakan tugas kampus," ceritanya.
Anis bertutur, saat menyelesaikan disertasi, ia sedikit terlambat karena membiarkan satu tahun tanpa kemajuan di tengah kesibukannya bekerja di Standard Chartered. Ia bersyukur mendapat dukungan yang kuat.
"Alhamdulillah, ketika saya berniat menyelesaikan ketertinggalan, seluruh dosen pembimbing, penguji luar, Kaprodi hingga ibu wakil dekan saat itu mendukung sepenuhnya sampai dengan disertasi selesai," ujarnya sumringah.
Ia akhirnya mendapatkan kemudahan menentukan waktu konsultasi, kesepakatan sidang komisi, sampai dengan ujian terbuka.
"Pada saat itu saya juga fokus agar dapat menyelesaikan disertasi dimana saya mengambil “unpaid leave” selama 3 bulan untuk lebih memfokuskan diri pada penyusunan dan disertasi," lanjutnya.
Pengorbannya untuk mengambil cuti tanpa penghasilan dari tempatnya bekerja, tak pernah ia sesali. Keputusan itu akhirnya memang berbuah manis dengan keberhasilannya meraih gelar Doktor pada 2019.
Kecerdasan Anis, keberanian dalam mengambil keputusan, dan kemampuannya mengamati perspektif lain serta kecepatannya memahami berbagai persoalan, sudah ternilai saat program pengembangan dan peluang pelatihan khusus pada 2012-2017 dimana ia dinilai sebagai pegawai HiPo (High Potential), berpotensi tinggi dan memiliki talenta. Ia juga pernah mengikuti Program Kepemimpinan Akselerator 2017-2018 di Standard Chartered Bank yang mampu membekalinya kinerja tinggi bagi perusahaan.
Anis juga meraih Penghargaan Kepatuhan “Sertifikat Keunggulan” berkat kontribusi aktif dan back to back award dari BTMU HO atas Kepatuhan Kinerja Terbaik BTMU Jakarta pada 2011 selama masa kerjanya di BTMU atau saat ini adalah MUFG Bank.
Dalam mendukung pekerjaannya dan juga sebagai persyaratan dalam menjalankan tugas sebagai Direktur Kepatuhan, Anis telah melengkapi dirinya dengan berbagai sertifikasi yaitu mulai dari Sertifikasi Kepatuhan Level III, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Level V, juga sertifikasi Governance, Risk Management and Compliance Professional (GRCP) pada Desember 2018.
Sebagai perempuan, Anis memang bukan perempuan yang ambisius, pencapaiannya karirnya selama ini begitu disyukuri Anis.
"Keberadaan saya saat ini adalah murni karena jalan dari Allah. Saya hanya bekerja dan belajar dan setelah itu karir akan mengikuti. Saat ini saya merasa sudah menemukan ritme kerja yang baik di Deutsche Bank AG Jakarta karena bank ini mengutamakan social life balance yang baik," tuturnya dengan lembut.
Baginya, Deutsche Bank AG Jakarta memiliki sistem organisasi yang cukup dewasa, tidak sulit berinteraksi dengan pemangku kepentingan internal. Bahkan, setiap perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan baik.
"Selama saya bisa berkontribusi dengan baik bagi bank, dimana saya sebagai anggota Executive Committee atau Management Board, bagi tim dan bagi pemangku kepentingan termasuk dengan regulator, saya akan terus berusaha memberikan yang terbaik," tegas perempuan yang hobi memasak itu.
Baginya memasak menjadi hobi yang mampu mengikis tingkat stress yang tinggi dalam pekerjaan sehari-hari.
"Setelah memasak saya merasakan banyak energi positif dan bahagia karena juga bisa menghasilkan banyak makanan yang dapat dinikmati bersama keluarga," tutur ibu rumah tangga yang menguasai berbagai resep masakan turun temurun dari sang ibu.
"Saya senang bikin berbagai masakan dari Jawa Timur seperti rawon, rujak, ayam goreng dan masih banyak lagi yang lainnya, resep dari mama saya," ceritanya, penuh keseruan.
Di balik pencapaiannya selama ini, Anis selalu percaya bahwa setiap orang dapat menjadi seperti apa yang mereka inginkan, tergantung dari usaha dari individu yang bersangkutan.
"Awal karir saya, saya tidak bermimpi untuk menjadi seperti saat ini. Posisi kosong yang ditawarkan oleh Rabobank Indonesia saat, tetap saya ambil, walaupun mungkin agak kurang sesuai dengan ilmu dari perkuliahan," ujarnya.
Bagi seorang Anis, hidup adalah kesempatan yang harus diambil, jalan yang harus dilalui, dan teka-teki yang harus dipecahkan.
Benar saja, seiring waktu, ternyata hal itu menjadi jejak awal karirnya di dunia industri perbankan. Saat ia berada di dalamnya, ia mulai mengerti dan mengetahui ada posisi-posisi lain yang kosong dan ia pun tidak melewatkan kesempatan itu.
"Jangan terpaku pada 'kesesuaian' tetapi bergeraklah pada setiap 'kesempatan' yang terbuka. Ambil saja karena kita tidak pernah mengetahui apa yang terjadi setelahnya. We never know until we try!," pungkasnya.
Bagai panah terlepas, kesempatan memang tak boleh disia-siakan.*