Ali Zum Mashar

Sang Jenius Penemu Mikroba Google.

Ali Zum Mashar. Dialah peneliti sekaligus petani sejati yang konsisten dan idealis dalam mengembangkan pertanian. Sejak kecil Ali memang sudah tertarik pada pertanian dan kehidupan renik yang menyertai dunia tanam menanam.

Tempat kelahirannya di Demak, saat itu masih dikelilingi sawah dengan kehidupan petani yang belum sejahtera. Kondisi itu pula yang ikut memicu minatnya yang kuat dalam dunia pertanian.

Ali selalu mengharapkan dirinya bisa membantu petani yang kurang informasi dan teknologi agar lahan sebagai aset dapat mempunyai hasil yang lebih tinggi, yang akhirnya dapat mensejahterakan petani Indonesia. Ali juga sering menghimbau petani agar bisa percaya diri memberdayakan teknologi, agar negara kita mencapai swasembada pangan.

Selepas menyelesaikan pendidikan S-1 pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, dan bergabung di Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (PPH), Ali mendapat lahan subur untuk mengembangkan minatnya.

Kerja keras dan kejeniusannya teruji saat ditugasi mengawal 600 keluarga petani bertanam padi di lahan gambut seluas 65 hektar sebagai bagian dari Pengembangan Lahan Gambut (PLG) satu juta hektar di Kalimantan Tengah tahun 1997.

Saat itu, dia melihat hasil tanaman petani lebih rendah dari potensinya. Sambil menyelesaikan pendidikan doktornya di IPB University, naluri Ali terusik melihat ada tanaman dapat tumbuh subur di PLG.

Ali kemudian mengumpulkan tanah di sekitar perakaran tumbuhan itu dan dibawa ke laboratorium untuk menganalisis jenis mikroba di dalam tanahnya.

“Setelah melalui sejumlah penelitian dan diolah, hasilnya adalah pupuk hayati tersebut membantu menaikkan aktivitas sel-sel tanaman, termasuk fotositensis dan menyediakan unsur hara yang diperlukan,” tuturnya.

Perburuan mikroba pun dilakukan di lahan gambut di Kalimantan hingga lahan dengan kandungan aluminium tinggi di Sumatera Barat. Ada 18 jenis mikroba yang kemudian diketahui tidak membahayakan lingkungan.

Penelitiannya kemudian membuahkan hasil berupa pupuk hayati yang membantu meningkatkan aktivitas sel-sel tanaman, termasuk fotosintesis, dan menyediakan unsur hara yang diperlukan.

Bahkan, produktivitas tanaman meningkat dan penggunaan pupuk buatan dapat dikurangi sehingga bisa membantu menjaga lingkungan. Ilmuwan lulusan IPB ini sejatinya berhasil menemukan mikroba yang dapat mengembalikan kondisi kesuburan tanah.

“Cara kerjanya seperti mesin pencari Google. Mikroba ini mencari mineral yang tersembunyi di tanah, mengolahnya secara hayati sehingga dapat dimanfaatkan tanaman. Seperti bioaktivator,” jelas pria yang kerap disapa “Prof Zum” itu.

Itu sebabnya pupuk ini diberi julukan Mikroba Google yang kemudian juga disebut Migo. Ali menerangkan disebut mikroba ‘google’ karena mikroba tersebut bekerja seperti google, mencari secara otomatis apa yang perlu untuk menyusun bahan organik yang dibutuhkan di dalam tanah.

Mikroba google adalah mikroba yang melacak zat potensial dari kandungan mineral tanah yang tersembunyi sebagai pemacu pembangun biosintesis mikroorganik dan bioaktivator tanah, sehingga mampu mengkondisikan kesuburan tanah secara alami.

“Kemampuan lainnya adalah menetralisir racun dalam tanaman serta membangkitkan gen yang tertidur dalam tanaman, sehingga memacu pertumbuhan dan produksinya,” tambah Ali.

Produk jadi pupuk ini berbentuk cair. Petani atau user tinggal menambahkan air sebanyak 300 kalinya dan zat aktifnya sudah bisa dipakai. Kalau biasanya petani menggunakan kompos 1 hektar sebanyak 4-6 ton, dengan pupuk ini cukup menggunakan 500 kg.

Ali menegaskan pupuk ini mengandung bahan hayati baik flora maupun fauna yang digunakan sebagai material yang membantu menyuburkan tanah yang gersang atau sebagai nutrisi yang dibutuhkan tanaman.

“Pupuk organik ini tidak mempunyai efek samping, ramah lingkungan dan hemat. Selain dapat digunakan oleh petani tradisional, pupuk ini juga dapat digunakan untuk tanaman hidroponik,” lanjutnya.

Tak membutuhkan lama bagi Ali untuk mematenkan mikroba Google miliknya. Saat ini, mikroba Google telah mendapatkan empat lisensi paten dari WIPO, sebuah lembaga paten yang berdomisili di Swedia. “Teknologi turunan dari mikroba ini juga akan kami patenkan,” tegasnya.

Pupuk hayati itu sudah dicoba di banyak lokasi, antara lain, lahan gambut; bekas pertambangan emas di Kerengpangi, Kalimantan Tengah; di sebagian lahan lumpur Lapindo, Jawa Timur; bahkan di lahan pasir di Arab Saudi dan Qatar.

Mikroba google memang dapat mereklamasi lahan kritis seperti tumpukan lumpur Lapindo Porong, Sidoarjo Jawa Timur. “Dengan menggunakan mikroba google, saya jamin dalam tempo satu tahun, lumpur Lapindo bisa ditanami kembali” tegas Ali.

Ali lalu menerima tawaran dari Dubai untuk menerapkan hasil penemuannya agar negara Timur Tengah tersebut bisa ditanami. “Prinsipnya, setiap tanah mengandung mineral yang dapat diubah oleh mikroba yang tepat menjadi unsur hara bagi tanaman,” kata ilmuwan kelahiran Demak, 19 Mei 1972 ini.

Pupuknya juga terbukti berhasil menghijaukan tanah Arab Saudi yang tandus dan juga menghasilkan panen berlipat di Cheng Du, China. Tak hanya itu, Malaysia dan Australia turut mengimpor mikroba Google. Saat ini, mikroba Google ini dipasarkan oleh PT Alam Lestari sebagai fabrikator induk dengan harga yang relatif murah.

Dia menjelaskan, mikroba Google ini bernama asli Bio P2000 Z. Bio singkatan dari biperforasi yang artinya membuka celah kehidupan, 2000 adalah tahun mendapatkan paten dari World Intellectual Property Organization (WIPO) di Swiss dan Z dari kata Zum sebagai namanya. Untuk temuan ini, Ali menjadi salah satu pemenang Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa 2009 di bidang pangan.

Penggunaan pupuk cair mikroba google Bio P 2000 Z ini mampu meningkatkan hasil pertanian dua sampai tiga kali lipat. Produksi kedelai meningkat tiga sampai empat kali lipat dari sebelumnya. Begitu juga dengan hasil pertanian lainnya, seperti jagung, padi, durian, mangga, rambutan, kelapa sawit, karet, dan kakao.

Cita-citanya menyejahterakan petani dilakukannya dengan bekerjasama dengan kelompok tani di 30 Kabupaten di Indonesia antara lain Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Bahkan kemudian dibangun Pusat Pelatihan dan Penerapan Bioteknologi di Cianjur, sebagai ajang para petani untuk bertukar pikiran dan juga untuk yang memerlukan pelatihan bertani.

Sejak menemukan Migo yang bernama asli Bio P2000 Z, Ali terus berinovasi dan meneliti. Kini, di Pusat Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Bioteknologi Mikroba ”Google” di Kampung Cikutu, Desa Rancasanggal, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Ali bisa membuktikan tanaman kedelai tumbuh setinggi hampir empat meter di atas lahan seluas 60 hektar miliknya.

Dengan menggunakan pupuk hayati Migo temuannya, Ali menyebut produksi kedelai bisa mencapai 3,5 ton per hektar, tiga kali lipat dari produktivitas umumnya yang rata-rata sekitar satu ton. Hasil itu bahkan lebih tinggi dari produksi rata-rata di salah satu produsen terbesar kedelai dunia, Amerika Serikat, yaitu 2,7 ton.

Wakil Ketua Umum Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Indonesia ini juga menyayangkan orang-orang yang masih berpandangan Indonesia tak dapat memproduksi cukup kedelai karena itu tanaman subtropis. Dia membuktikan di kebun penelitiannya di Cikutu, ukuran biji kedelainya bahkan lebih besar dari kedelai impor.

Sebagai petani wirausaha, Ali sudah mendapatkan lima paten nasional dan tiga paten internasional melalui WIPO. Di Cikutu pula, bibit padi genjah nonhibrida Trisakti Migo juga sudah didaftarkan dalam Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dan diserahkan kepada Kementerian Pertanian untuk disebarkan kepada petani.

Ali memperoleh penghargaan Kalyana Kretya Utama sebagai peneliti terunggul dan terterapkan dari Presiden Megawati Soekarnoputri (2004). Suami dari Nur Kamaliyah ini juga beroleh penghargaan atas inovasi dan penemuannya dari Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Indonesia Award dan ICMI Award (2021).

Meski begitu, hingga kini Ali tidak pernah berhenti meneliti dan membagikan ilmu bertani ke sejumlah komunitas petani di Indonesia sebagai peneliti di Kementerian Desa dan PDT. Seperti juga temuannya: Mikroba ”Google”, Ali terus mencari dengan suka cita, menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi masyarakat. *** 

Tinggalkan Komentar