Dewan Gula Indonesia
NAMANYA pernah masuk dalam calon bursa Menteri Pertanian. Ini karena dedikasinya pada pertanian Indonesia sudah dilakukannya sejak lama.
Tercatat sejak 1988, ia menjadi pendiri Unit for Socio and Economic Study and Evaluation (USESE) Foundation. Di tahun yang sama, ia juga menjadi pendiri dan komisaris beberapa perusahaan dan koperasi yang bergerak di bidang agribisnis.
Pada tahun 2000, ia pernah menjadi Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Pengembangan Agribisnis lalu diangkat sebagai Staf Ahli Menteri Pertanian Republik Indonesia Bidang Hubungan Antar Lembaga hingga 2004. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pengawas PERUM BULOG dari tahun 2003 hingga 2007.
Selepas dari aktivitas di Kementerian Pertanian, Rachmat Pambudy pun bergulat dengan pengembangan organisasi petani, yaitu Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
Di organisasi ini ia sempat menjadi Sekretaris Jenderalnya, sebelum sekarang manjadi Wakil Ketua Dewan Pembina HKTI pada 2015. Di sinilah ia punya waktu bersama para aktifis agribisnis dari seluruh Indonesia. “Saya berkesempatan membantu pengembangan agribisnis di daerah-daerah Timur,” paparnya.
Sementara di kampus IPB University, ia menjadi Kepala Bagian Bisnis dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University pada 2008. Sebagai salah satu dosen, namanya sempat masuk dalam bursa pemilihan rektor IPB University pada 2007.
Rachmat Pambudy, lelaki kelahiran Yogyakarta pada Desember 1956 ini memang matang di IPB University. Ia mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Peternakan IPB University pada tahun 1983.
Rachmat lalu melanjutkan studinya di bidang Komunikasi Pembangunan IPB University untuk meraih gelar master pada tahun 1988 dan meraih gelar doktor di bidang Penyuluhan Pembangunan di tahun 1999 di IPB University.
Selain sebagai praktisi agribisnis, juga sebagai Staf Pengajar IPB, juga pernah aktif sebagai peneliti pada Pusat Studi Pembangunan-Lembaga Penelitian IPB, Jonggol Animal Science Teaching and Research Unit (JASTRU).
Perhatian dan konsistensinya di dunia pertanian dibuktikan juga dengan kiprahnya sebagai pendiri dan Dewan Pakar LSM Komite Pemantau dan Pengawasan Pertanian Indonesia (KP3I) sejak 2016.
“Bangsa lain makmur karena produk pertanian kita. Seharusnya kita bisa lebih makmur lagi,” kata Rahmat. Hal itulah yang membuatnya tidak mau berpaling dari agribisnis, yang telah puluhan tahun ia tekuni.
Sejak tahun 2018, Rachmat Pambudy menjabat sebagai Komisaris Independen PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) Tbk, produsen minyak kelapa sawit terkemuka di Indonesia yang mengoperasikan perusahaan perkebunan sawit di Kalimantan Tengah.
"Agar sawit bisa bersaing di pasar global dengan minyak nabati lain, seluruh masyarakat harus kompetitif dan memastikan sawit menjadi bagian dari aset nasional," ungkapnya.
Disebut sebagai Bapaknya Petani Tebu Blora, ia pernah berkiprah sebagai Direktur Utama PT Gendis Multi Manis Bulog. Di Pabrik Gula (PG) yang berada di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora ini, Rachmat dikenal dekat dengan petani dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kehidupan petani tebu di Blora, Jawa Tengah.
“Sepanjang sejarah industri gula di Indonesia, belum ada pabrik gula yang berani menarget rendeman sampai 10 persen. Kami ingin mewujudkannya, sehingga produksi lebih baik sebagai tanda kebangkitan industri gula Indonesia dari Blora. Begitu juga petani akan menikmati hasil yang lebih baik,” ujar Rachmat, saat giling tebu untuk musim tahun 2018.
Berbagai kiprah yang telah dilakukan oleh Rachmat untuk para petani tebu Blora sangat membekas di hati nurani wong cilik yang sampai saat ini tidak pernah dapat dilupakan.
Munculnya istilah MBS (Masak, Bersih,Segar) Potlot adalah salah satu nama karya Rachmat yang sudah dipatenkan oleh PG GMM dalam rangka meningkat kualitas hasil gula yang tidak dimiliki pabrik gula lain di Jawa Tengah.
Rachmat juga terlibat dalam beberapa kebijakan yang cukup berdampak terhadap pertanian pascareformasi, termasuk adanya Dewan Gula Indonesia (DGI).
Sebagai dosen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Managemen IPB University yang ahli di bidang penyuluhan pembangunan, Rachmat Pambudi memiliki pengalaman dan rekam jejak yang cukup membanggakan di bidang pertanian. Ia juga banyak menerbitkan hasil peneletian sepanjang kariernya.
Bagi Rachmat, agribisnis memang menjadi perjalanan hidupnya. Lahir dan besar di lingkungan elit Jakarta, dia bisa saja masuk ke dunia lain yang lebih gemerlap ketimbang pertanian.
Namun selulus SMA tahun 1979, ia justru memilih kuliah di IPB University. Kuliah yang lebih mengarahkannya ke bidang peternakan. Nalurinya berwirausaha mengantarkannya untuk membuka usaha peternakan saat dirinya masih mahasiswa.
Peternakan berbendera PT Golden Quail Farm yang dibangun dengan mitra bisnisnya bukan saja menjadi peternak puyuh termaju di Indonesia melainkan terbesar di Asia.
Perjalanannya senantiasa didamping sang istri, Mardiana Estilistiati yang akrab dipanggil bu Ninuk, seorang wanita karier yang tangguh dan baik hati serta cerdas dalam berkomunikasi.
Ninuk adalah putri Moerdiono, mantan Menteri Sekretaris Negara di era Presiden Soeharto. Ninuk juga pernah menjadi Pimpinan Redaksi Harian Kompas.
Bisnis peternakan puyuh itu terhenti karena mertuanya seorang menteri. "Beliau tak mau orang-orang menganggap saya KKN. Padahal saya bisnis murni, dan tekad saya menjadi pengusaha pertanian,” tutur Rachmat.
Rachmat Pambudy dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Penyuluhan Pembangunan di IPB University pada 2022 yang diteguhkannya dalam orasi ilmiah "Transformasi Dari Petani Menjadi Wiratani (Agripreneur) Strategi Kebangkitan Ekonomi Inklusif Indonesia." *