Ninuk Mardiana Pambudy

Perempuan Pertama yang Jadi Pimred Harian KOMPAS

Menjadi anak dari seorang Moerdiono, Menteri Sekretaris Kabinet di era Presiden Soeharto, sempat membuat Ninuk Mardiana Pambudy tak percaya diri. Terbersit di batinnya, apakah ia diterima bekerja di Harian Kompas hanya karena jabatan ayahnya. 

Namun, J. Widodo,  pimpinan Kompas yang waktu itu memutuskan menerimanya sebagai wartawati pada tahun 1984 berhasil meyakinkan bahwa keputusan menerimanya, murni karena Ninuk memiliki kredibilitas serta kualifikasi yang diperlukan di Harian Kompas. 

Kini, setelah jam terbang 36 tahun sebagai jurnalis dengan posisi terakhir sebagai Wakil Pimpinan Redaksi (Wapimred), Ninuk berhasil menduduki jabatan tertinggi, yakni Pimpinan Redaksi (Pimred) Harian Kompas. Dia juga sekaligus menjadi perempuan pertama yang memimpin koran terbesar di Indonesia itu. 

Ninuk dilahirkan pada 29 April 1960. Jurnalis senior Harian Kompas ini menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB University, tahun 1983. Kemudian meraih gelar master dari Program Kajian Wanita, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia tahun 2003 dengan judicium cum laude.

Sebelum menjadi Wakil Pemimpin Redaksi HarianKompas (sejak Juni 2012) ini pernah menjadi Editor Desk Investigasi Kompas (2010 -2012), Wakil Editor Desk Non-Berita (Kompas Minggu) dengan liputan, antara lain, gaya hidup (2000-2010), Pjs Editor Iptek Kompas (1988- 1991), Editor DeskKompas Minggu (1991- 1998), serta editor suplemen Swara seputar isu gender (1999-2000). 

Anggota tim panitia seleksi anggota pengganti Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (2011) dan anggota tim panitia seleksi anggota Komnas Perempuan (2007) ini pernah, bersama Maria Hartingsih, mewawancarai Joseph Stiglitz dan Muhammad Yunus, dua orang pemenang Nobel Ekonomi, saat mereka berada di Indonesia (2007). 

Selain itu, anggota Kelompok Kerja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Nasional (sejak 2004), Board of Advisors Respect Program, World Learning (International Development Program-USAID (2008), dan anggota Board Jakarta Fashion Week (2009, 2010) ini juga pernah mewawancarai beberapa perancang dan pebisnis mode internasional. Diantaranya, Karl Lagerfeld, Santo Versace, Oscar de la Renta, dan Anita Roddick. 

Di samping menulis tentang industri mode Indonesia untuk Young Fashion Entrepreneur Competition British Council (2010), peraih penghargaan Xelibri Fashion Award (2003), penulis mode tahun 2001 dari Yayasan Bina Buku (Anugerah Penghargaan Wartawati Mode 2001), Fashion Icon 2010 bidang penulisan mode dari Jakarta Food and Fashion Festival (2001) ini juga pernah tampil sebagai pembicara pada forum diskusi Asia Tropic Style, Fashion Connections Singapore, (Singapura, 1998), Campaign for Real Beauty (2007), dan pembicara pada diskusi batik Yayasan Batik Indonesia (2009).

Berangkat dari jurusan agronomi IPB University, Ninik mengaku bahwa dirinya adalah wartawan otodidak yang belajar menulis dan mengenal ragam jenis penulisan berdasarkan karya rekan-rekan lain, serta para senior dari berbagai media.

Ninuk juga secara berkala mengikuti pelatihan, seminar jurnalistik dan ikut ujian kompetensi di organisasi pers profesional. Maka tak heran jika ia dikenal sebagai sosok yang idealis dan jurnalis yang berbobot. Kredibel dan independen.(*)

Tinggalkan Komentar