Gigih Mahayudin

Gigih Menanam, Gigih Menginspirasi

Seperti namanya, kegigihan itu terus dilakukan olehnya dalam semangat berwirausaha. Di tengah badai pandemi yang memukul banyak sektor ekonomi, seorang pemuda dari Kediri, Jawa Timur, justru menemukan peluang emas. Gigih Mahayudin, alumni Fakultas Kehutanan IPB angkatan 2015, membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi.

Dengan tekad dan kreativitas, ia mengembangkan bisnis tanaman hias yang kini tidak hanya dikenal di lingkup lokal, tetapi juga menembus pasar internasional seperti Thailand dan Eropa.

Gigih Mahayudin menyelesaikan studinya di Fakultas Kehutanan IPB dan resmi lulus pada Maret 2020. Seperti lulusan baru pada umumnya, ia pun mulai mencari pekerjaan di tengah situasi yang tidak ideal: pandemi COVID-19 yang sedang melanda.

Salah satu tawaran kerja datang dari sebuah perusahaan perkebunan nasional yang menempatkannya di Bengkulu. Namun, karena kekhawatiran orang tua terhadap situasi pandemi, Gigih memilih tetap tinggal di Kediri.

Keputusan itu justru membuka jalan tak terduga dalam hidupnya. Bersama sang ayah, yang juga seorang praktisi lingkungan, mereka mulai membuat pot tanaman dari sabut kelapa dan kokedama, seni merangkai tanaman ala Jepang. Dari hanya menjual pot, bisnis ini berkembang karena dorongan sang ayah: “Masa cuma jual potnya aja?” Dari situlah, Gigih mulai merambah ke penjualan tanaman hias.

Modal awal hanya sekitar Rp250 ribu, yang digunakan untuk membeli beberapa kaktus dan memadukannya dengan pot sabut kelapa. Ternyata, respons pasar sangat positif. Setiap keuntungan dari penjualan langsung diputar kembali untuk membeli tanaman-tanaman baru. Perlahan tapi pasti, Gigih memperluas portofolio tanamannya: dari kaktus dan sukulen, hingga philodendron, syngonium, anthurium, alocasia, dan tanaman koleksian lainnya.

Keuletannya mulai membuahkan hasil. Pada awal 2021, bisnisnya berkembang signifikan dan mulai merambah ke pasar ekspor. Dalam satu periode, ia bisa mengirimkan 100–200 tanaman varigata ke Thailand, seperti sente varigata, monstera varigata, burlemarx varigata, hingga xanthosoma varigata.

Melalui galeri tanaman hiasnya Kokedama.id, Gigih memasarkan produknya lewat media sosial seperti Instagram dan grup Supplier Indonesia. Ia juga rutin mengikuti pameran tanaman hias yang diselenggarakan oleh Pemkot Kediri.

Gigih tak hanya berfokus pada sisi komersial. Ia menyadari bahwa permintaan tinggi akan tanaman hias dapat mengancam kelestarian hutan jika pengambilan dari alam tidak dibatasi. Maka, ia mulai menerapkan teknik kultur jaringan dalam pembibitan tanaman untuk mengurangi ketergantungan dari hasil alam liar.

Selain itu, Gigih juga mewujudkan mimpinya membuka café bernuansa tanaman hias, tempat nongkrong yang menyatu dengan alam sekaligus etalase hidup dari hasil budidayanya. Tak heran jika Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar, turut mengapresiasi langkah Gigih.

Gigih Mahayudin adalah bukti nyata bahwa ilmu, kreativitas, dan ketekunan dapat menciptakan peluang bahkan dalam masa tersulit. Dari lulusan Kehutanan IPB yang sempat bingung menentukan arah, kini ia menjadi pengusaha muda yang menginspirasi. Tidak hanya berhasil mengembangkan bisnisnya, Gigih juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan membuka wawasan baru soal potensi agribisnis di era digital.

Tinggalkan Komentar